Distribusi Pangan Seret, Pandemi COVID-19 Makin Cekik Petani

Pada masa pandemik, kebutuhan pangan masyarakat harus terpenuhi agar imunitas tetap terjaga, namun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) justru menghambat proses distribusi pangan.

“Saat ini sudah terasa bahwa pembatasan jam operasional pasar, jam kerja restauran dan warung, serta kendaraan yang mengangkut logistik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, drivernya harus dikarantina, menyebabkan problem distribusi,” jelas Arif Satria, Rektor Institut Pertanian Bogor dalam acara webinar “Alternatif Solusi Ancaman Krisis Pangan di Tengah Pandemi COVID-19 di Indonesia” yang diselenggarakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia.

Padahal, bulan ini para petani di sejumlah daerah sedang panen raya sehingga suplai pangan berlimpah, namun permintaan konsumen turun akibat PSBB. Alhasil, harga komoditas pun langsung anjlok, apalagi komoditas cabai.

Tantan Sutandi, Ketua Serikat Petani Indonesia Wilayah Jawa Barat, menuturkan imbas PSBB Jabodetabek membuat harga cabai di Bandung dan Bogor melorot sampai sepuluh ribu rupiah, sementara Sukabumi harga cabai sampai tujuh ribu rupiah saja. Bahkan, di Kecamatan Jampang, Sukabumi, cabai sempat hanya menyentuh harga tiga ribu saja.

“Karena harganya sangat jatuh mereka [petani] sudah bukan lagi collapse, tapi sudah sangat merugi.  Kalo harga tujuh ribu, modalnya aja enggak balik kan? Darimana dapat untung mereka?” jelas Tantan ketika dihubungi langsung melalui video call.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional dari Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa semenjak PSBB berlaku di Jakarta dan Bodebek (Bogor, Depok, & Bekasi), tren penurunan harga terjadi pada beberapa jenis cabai di pulau Jawa.



Dalam grafik tersebut, terlihat bahwa setelah diberlakukannya PSBB Jakarta, rata-rata harga varietas cabai mengalami penurunan, dan ketika PSBB Bodebek ikut diberlakukan, harga cabai semakin anjlok pada periode-periode selanjutnya.

“Biasanya permintaan dari Jakarta 30-40 ton sekarang turun karena PSBB di Jakarta, imbasnya ya ke harga,” tambah Tantan. “Cara menyiasatinya ya petani mesti jual door to door. [cabai] dipikul, mereka masuk kampung-kampung, ya jaraknya gak deket. Mereka dari dataran tinggi mesti turun ke pesisir, masuk ke kampung-kampung.”

Kontras Harga Ibukota

Meski harga cabai di petani berada di bawah 10 ribuan rupiah, rata-rata harga cabai di pasar Jakarta justru melampaui 30 ribu rupiah. Data Informasi Pangan Jakarta dari Pemprov DKI dan Bank Indonesia menunjukkan harga cabai merah besar lebih dari 40 ribu per kilo, harga cabai rawit hijau lebih dari 50 ribu per kilo, dan harga cabai rawit merah 30 ribu per kilo.


Mengapa perbedaan harga komoditas cabai bisa sekontras itu?

Simak berita audio berikut untuk pembahasan lengkapnya!


Komentar